Jumat, 21 Maret 2008

PEMIKIRAN BERSAMA UNTUK SMK

Perlunya kebijakan nyata dari pemerintah yang berpihak pada rakyat.

Berapa banyak PMA di Indonesia ini? lebih banyak mana PMA dibanding PMDN atau pengusaha lokal?. Bagaimana penempatan tenaga kerja Indonesia di perusahaan-perusahaan ini ini? PMA sepertinya kecil kemungkinannya akan menempatkan tenaga kerja Indonesia di tempat yang strategis, yang ada kemampuan bargaining dalam kebijakan. Tenaga kerja Indonesia yang berada di perusahaan-perusahaan ini (PMA) tentunya banyak yang hanya menempati posisi tenaga kasar dengan bayaran yang begitu murah, dan persayaratan kerja yang ketat dan berat, kontrak kerja yang singkat, tidak memberikan gambaran cerah untuk masa depannya.

SMK yang dituntut untuk menyediakan tenaga terampil tingkat menengah mau dikemanakan?

Ketika membaca di suatu koran bahwa swalayan Alfa mart sahamnya lebih dari 75% telah dibeli oleh Careefur, pada tahun-tahun sebelumnya beberapa perusahaan yang potensial telah dijual misalnya Indosat, Kapal Tanker(VLCC), Pabrik Semen dan …. Di suatu majalah diberitakan bahwa ada pulau yang telah dijual. Di suatu koran diberitakan blok Cepu dijual ke Exxon, Freeport yang kontraknya diperpanjang lagi dan ….
Ketika terdengar berita kebakaran di pasar-pasar tradisional, penggusuran-penggusuran pasar-pasar tradisional, bermunculannya mal-mal baru ….

Muncul pertanyaan dimana anak-anak bangsa yang hanya mempunyai uang/modal seadanya harus memulai wirausahanya?

Ketika internet di-iklankan di TV, ketika semakin maraknya idol-idol di TV yang harus di dukung melalui SMS, ketika membaca berita pesatnya pertumbuhan pengguna HP di Indonesia ….

Berapa banyak uang rakyat yang harus digunakan untuk membayar pulsa? Kemana/ Perusahaan mana/Siapa yang akan menerima semua uang-uang ini?

Pilbup, pilgub di beberapa daerah sudah dilaksanakan dengan biaya tidak sedikit. Dengan assumsi negara Indonesia terdiri dari 445 Kabupaten/Kota dengan rata-rata biaya Pilbup Rp. 15M, 33 Provinsi dengan rata-rata biaya Pilgub Rp. 200M, Pilpres dan legislatif Rp. 2T maka total biaya tidak kurang dari Rp. 15,275T

Dengan biaya tinggi tersebut, pemimpin macam manakah yang diinginkan oleh bangsa ini? Apabila dimungkinkan model pemilihan pemimpin yang lebih efisien, bisakah uang tersebut dimanfaatkan untuk mendirikan perusahaan yang banyak membuka lowongan kerja?

Menyadari betapa besar harapan orang tua yang kurang mampu, mereka menyekolahkan anaknya ke SMK tidak lain adalah agar cepat dapat diterima di dunia kerja maka begitu besar dosa kita karena tidak dapat memenuhi harapan tersebut. Tetapi sebagian besar permasalahan tersebut tidak dalam kewenangan, dan kemampuan kita-kita semuanya yang berada di SMK.
Maka alangkah sedihnya kita yang ber-ada SMK ini.

INDONESIA-ku


Jika Indonesia ibarat sebuah mangkuk besar penuh dengan kue hangat yang lezat, Didalamnya terdapat beberapa mangkuk kue hangat yang kecil-kecil. Tentaranya dengan setia menjaga mangkuk besar, Polisi dan petugas keamananan dalam negeri lainnya menjaga mangkuk-mangkuk kecil kue hangat yang ada di dalam mangkuk besar yang bernama Indonesia.
Negara asing yang hendak menguasai Indonesia, tidak perlu lagi merusak, memecah mangkuk besar, karena ini merupakan tindakan kebodohan, harus berhadapan dengan banyak norma-norma dunia yang disorot langsung oleh banyak negara dan menimbulkan kebencian masyarakat dalam negerinya. Yang lebih efektif adalah cukup membeli/ menguasai mangkuk-mangkuk kecil, bisa dalam bentuk perusahaan-perusahaan, industri eksplorasi kekayaan alam dan ekplorasi tenaga kerja yang melimpah ruah di Indonesia ini yang sampai harus dijual murah keluar negeri. Langkah ini tampaknya efektif efisien, dengan cara seperti ini malah menimbulkan simpati masyarakat dalam negeri karena dengan ini berarti mereka telah menunjukkan adanya kebaikan pada masyarakat Indonesia.

Inilah yang nampaknya telah berjalan di Indonesia. Banyaknya ekonom asing yang masuk ke Indonesia dilindungi kebijakan makelar oleh pemimpin Indonesia, maka kue hangat yang lezat yang terdapat dalam mangkuk besar dengan nama Indonesia telah terbagi kedalam mangkok kecil-kecil kecil dan dengan amannya mereka menguapkan kekayaan Indonesia.

Secara fisik mangkuk kue hangat yang besar masih utuh yaitu dengan nama Indonesia, tetapi rakyat Indonesia tidak dapat menjadi penikmat pertama dari kue-kue tersebut, karena kue-kue tersebut telah dibagi-bagi ke dalam mangkuk-mangkuk kecil yang telah dijual oleh pemimpin yang berjiwa makelar. Yang lebih tragis, tentara harus setia menjaga keutuhan kue besar secara teritorial, Polisi dan berbagai petugas keamanan yang ada di dalam negeri harus setia menjaga keamanan mangkuk-mangkuk kecil yang berisi kue hangat yang entah menguap kemana? Sebagian besar dinikmati oleh siapa? Dan rakyat harus menjadi tenaga kerja kasar di dalam negerinya.

Meluapnya tenaga kerja yang ada di dalam negeri harus diekspor ke luar negeri dengan harga yang paling murah sekalipun, ternyata sangat menyakitkan hati. Kurangnya pengetahuan tentang hukum dan yang pengetahuan lainnya, mengakibatkan tenaga kerja Indonesia banyak yang terklasifikasikan sebagai tenaga kerja illegal tanpa perlindungan hukum.

Dalam kehidupan pribadi, kemiskinan telah memudahkan seseorang untuk mengabaikan akidahnya, mudah untuk melakukan kebohongan, hilang/ berkurang rasa malunya.

Kebijakan untuk segera membebaskan hutang luar negeri yang ber-bunga-bunga mestinya merupakan prioritas untuk segera dilunasi. Karena karena hutang-hutang tersebut menjadikan negara Indonesia ini menjadi sangat tergantung pada negara yang menghutangkan.

Indonesia memerlukan pemimpin yang tidak berjiwa makelar, tidak pragmatis. Indonesia sekarang memerlukan pemimpin yang dapat mengamankan kue-kue yang ada di dalam mangkuk-mangkuk besar maupun kecil agar tidak terjadi penguapan. Karena batas teritorial yang dijaga oleh tentara jelas tidak dapat mengamankan kue-kue dari penguapan.

Ekonom Indonesia tidak perlu lagi belajar ekonomi pada negara penjajah, jelas teori ekonominya tidak disusun untuk menguatkan ekonomi negara terjajah sampai kapanpun. Ekonom Indonesia SEHARUSNYA belajar pada ekonom dari negara terjajah yang telah berhasil menghilangkan penguapan kekayaan alamnya.